Saya menyaksikan bagaimana mujizat merubah jalan hidup banyak orang. (Dr. Michael Beckwith)
Pernah dengar kata mujizat? Pernah mengalami mujizat?
Rekan saya seorang pengusaha muda, pada awal usahanya di bidang event-interior, pernah bercita-cita untuk bisa duduk sejajar dengan pengusaha-pengusaha kawakan di bidangnya, padahal saat itu, usahanya baru mulai, dibantu keluarga, ruko-nya masih nyicil, saya sendiri yang melihat dan mendengar cita-citanya pun terkadang bingung — bisa ga cita-citanya tercapai.
Dalam 3 tahun usahanya, ternyata apa yang dicita-citakannya berhasil dicapai. Tidak hanya dia menjadi besar sebagaimana yang dia cita-citakan, namanya pun ikut tenar karena pergaulannya yang luas, bahkan dia bisa mengikuti tur promosi dagang Presiden SBY ke China setelah SBY terpilih.
Kalau saya minta dia menceritakan kembali semua peristiwa yang terjadi sehingga dia bisa menjadi seperti hari ini, dia pun geleng-geleng kepala, bingung juga bagaimana bisa terjadi.
Jawabnya cuma ‘Mestakung’! Teori Prof. Yohanes Surya dipakainya! Dia percaya alam semesta akan mendukungnya! Terutama pada kondisi kritis.
Mungkin yang benar-benar dipercayainya adalah bahwa sebesar apapun keinginannya, mujizat bisa terjadi dalam perjalanan hidupnya untuk mewujudkan semua keinginannya.
Bagaimana rasanya menyaksikan mujizat terjadi pada orang lain? Atau bahkan pertanyaan ini, bagaimana rasanya menyaksikan orang lain melakukan mujizat?
Kalau Anda pernah menyaksikan orang melakukan mujizat, seperti mujizat menyembuhkan orang dengan kekuatan pikiran, tenaga dalam, reiki, chi kung, dan lain-lainnya. Anda akan terkaget-kaget, lalu memilih percaya kepada orang yang melakukannya, terkadang kepercayaan yang membutakan.
Anda bisa pilih Anda percaya pada orang itu atau percaya bahwa mujizat itu dari Tuhan, atau percaya bahwa mujizat bisa juga Anda jadikan di dalam diri Anda.
Anda percaya orang lain bisa melakukan mujizat, tapi Anda lupa percaya bahwa Anda juga bisa melakukan mujizat. Apa yang membedakan kita dengan orang lain yang melakukan mujizat, padahal kita sama-sama manusia, sederajat dan sama-sama dikaruniai kemampuan belajar dan berkarya? Perbedaan tipis kepercayaan saja.
Di Indonesia ini boleh dikatakan semua orang percaya kepada Tuhan, tapi belum tentu percaya kepada mujizat — apalagi mujizat itu bisa terjadi pada dirinya.
Sebenarnya mujizat itu datangnya juga dari Tuhan. Karena Tuhan senantiasa selalu ingin melengkapi hidup kita dan memberi lebih banyak lagi. Tapi hidup di lingkungan dimana mujizat jarang terjadi membuat kita terkadang lupa, bahwa mujizat bisa terjadi pada kehidupan kita. Karena kepercayaan kita kepada Tuhan hanyalah kepercayaan dalam bentuk kata-kata.
Jadi mujizat bisa terjadi pada diri kita, bilamana kita percaya bahwa mujizat itu bisa terjadi!
Anda memilih percaya atau PERCAYA?
Search
Categories
Archives
- October 2011 (1)
- September 2011 (1)
- August 2011 (6)
- July 2011 (7)
- June 2011 (3)
- October 2010 (1)
- June 2010 (3)
- January 2010 (1)
- December 2009 (2)
- March 2009 (2)
- February 2009 (2)
- January 2009 (6)
- December 2008 (17)
- November 2008 (4)
- October 2008 (11)
- September 2008 (3)
- August 2008 (6)
- June 2008 (13)
- May 2008 (15)
- August 2006 (1)